Jumat, 05 Oktober 2012

Karya Ilmiah


NAMA : RATIH FATMAWATI
NPM    : 25210656
KELAS: 3EB18
KARYA ILMIAH
Pengertian Karya Tulis Ilmiah
 “Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Membicarakan produk ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah.
Image Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggung jawabkan secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diindentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.
Dalam penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan penelitian. Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.
Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu :
1. Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
2. Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya.
3. Harus dapat diindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsur yang sama.
Kutipan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ada dua jenis yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam karya tulis ilmiah susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Kutipan tak langsung merupakan kutipan pendapat atau pernyataan orang lain dengan melakukan perubahan kalimat yang dikutip disesuaikan dengan bahasa penulis itu sendiri.
Tujuan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan, memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, serta membuktikan hipotesa.
Jenis karangan ilmiah, diantaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi keempat-empatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanya terletak pada kekompleksannya.

Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain:
  1. Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
  2. Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
  3. Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
  4. Keobjektifan. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
  5. Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
  6. Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
  7. Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.
Syarat Karangan Ilmiah
Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. penulisannya berdasarkan hasil penelitian;
  2. pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta;
  3. karangan itu mengandung masalah yang sedang dicari pemecahannya;
  4. baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode
    tertentu;
  5. bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir (dihindarkan dari penggunaan bahasa yang maknanya bersifat konotasi/ambigu).
Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki
ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang :
  1. Masalah yang diteliti,
  2. Metode penelitian,
  3. Teknik penulisan karangan ilmiah,

Sumber:

Penalaran Deduktif

Nama : Ratih Fatmawati
NPM : 25210656
Kelas : 3EB18
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Disini saya akan memberikan penjelasan tentang penalaran deduktif saja. Penalaran deduktif ialah proses berfikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal/gejala, atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal/gejala umum di atas.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Jika kita mengetahui S, sedangkan P adalah bagian dari S, maka dapat ditarik kesimpulam tentang P. penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulanya telah tersirat pada prinsipnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.
1.      Silogisme
Silogisme adalah cara berfikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a.       Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
b.      Ia melanggar peraturan X.
c.       Ia dihukum.
Sebuah  silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan). Contoh :


a.       Penjelasan
§  Prososisi 1 dan 2 merupakan premis, yaitu petnyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposisi 3.
§  Proposisi 1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum yang dianggap benar di kelsanya. Di dalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
§  Proposisi 2 merupakan permis minor yang mengemukakan pernyataan tentang gejala khusus tang merupakan bagian kelas premis mayor. Di dalamnya term minor (ahli filsafat) yang akan menjadi subyek dalam kesimpulan.
§  Term mayor dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang dalam kesinpulan. Yang memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkas sebagai beriku.
§  Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.
§  Proses penalaran dimulai dari prenis mayor, melalui premis minor, sampai pada kesimpulan.
§  Strukturnya tetap; premis moyor, premis minor, dan kesimpulan.
§  Premis minor berisi penyataan umum.
§  Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis moyor (term mayor).
§  Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusu daripada premisnya.

b.      Persyaratan Silogisme.
§  Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat tiga term.
Contoh:     Semua manusia berakal budi.
                  Semua mahasiswa adalah manusia.
                  Semua mahasiswa berkal budi.
§  Term tengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan.
§  Dari dua premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan.
§  Kalau kedua premis positif, kesimpulan juga positif.
§  Term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak mengandung pengertian ganda/menimbulkan keraguan.
Contoh:     Semua buku mempunyai halaman.
                  Ruas mempunyai buku.
                  Ruas mempunyai halaman.
§  Dari premis mayor partikular dan premis inor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
§  Premis mayor dalam silogisme mungkin berasal dari teori ilmiah. Penarikan kesimpulan dari teori ini mudah diuji. Tidak jarang permis mayor berasal dari pendpat umum yang belum dibuktika kebenaranya.

2.      Entimem
Dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimem, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karen sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
            Menipu adalah dosa karena merugiakan orang lain.
            Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua
a.       Menipu adalah dosa
b.      Karena (menipu) merugiakan orang lain
Kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus) maka silogisme dapat disusun:
Premis mayor        : ?
Premis minor         : Menipu merugiakan orang lain.
Kesimpilan            : Menipu adalah dosa.
Dalam kalimat itu, yang dihilangkan adalah premis mayor. Perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jika tidak mungkin subyeknya menipu. Kita dapat berfikir kembali dan menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang merugiakan oarang lain dalah dosa. Entimem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minor. Misalnya, perbuatan yang merugian orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa.
Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari kesimpulanya. Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, cari/tentukan premis yang dihilangkan.
Contoh:
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses fotosintesis.
Bentuk silogismenya adalah
Premis mayor        : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari.
Premis minor         : Pada malam hari tidak ada matahari.
Kesimpulan           : Jadi, pada malam hari tidak mungkin ada fotosistensis.
Sebaliknya, untuk mengubah silogisme menjadi entimem, cukup dengan menghilangkan salah satu premisnya.
Contoh:
Premis mayor        : Anak-anak berusia diatas sebelas tahun telah mampu berfikir formal.
Premis minor         : Siswa kelas 6 di Indonesia telah berusia lebih dari sebelah tahun.
Kesimpulan           : Siswa kelas 6 di Indonesia telah mampu berfikir formal.
Entimem dengan penghilangan prenis mayor:
      Siswa kelas 6 di Indonesia telah berumur di atas sebelas tahun, jadi mereka amampu berfikir formal.
Entnimem dengan menghilangkan premis minor:
      Anak-anak yang berusia di atas sebelas tahun telah mampu berfikir formal, karena itu siswa kelas 6 di Indonesia mampu berfikir formal.

Sumber: http://books.google.co.id/books?id=krw0HDEejFMC&pg=PR8&lpg=PR8&dq=pengertian+penalaran+deduktif&source=bl&ots=lvu5eNvXeB&sig=j8EcDTnaAzxTvL-vJB36fow8Oyg&hl=id&sa=X&ei=uWBuULDFLZHKrAfw_4H4Ag&ved=0CDkQ6AEwAw#v=onepage&q=pengertian%20penalaran%20deduktif&f=false